BBM Campur Etanol yang Berbahaya untuk Motor 2-Tak, Simak Alasannya

motor 2-tak masih digunakan oleh banyak orang di Indonesia, terutama mereka yang menyukai motor klasik . (Sumber Foto : Kompas.com)
0 0
Read Time:2 Minute, 12 Second

Meskipun pabrikan sudah lama tidak memproduksinya lagi, motor 2-tak masih digunakan oleh banyak orang di Indonesia, terutama mereka yang menyukai motor klasik atau motor dengan karakteristik tenaga unik mereka. Namun, jika pemerintah memperluas penggunaan bahan bakar campuran bioetanol, pengguna motor jenis ini harus berhati-hati.

Sifat kimia etanol berbeda dengan bensin biasa, karena sistem pelumasan motor 2-tak bergantung pada pencampuran bahan bakar dengan oli di tangki, campuran ini dapat menyebabkan efek yang tidak diinginkan.

Motor dua tak memerlukan oli samping yang dicampur langsung dengan bensin. Campuran ini melumasi komponen mesin yang tidak memiliki sistem pelumasan terpisah seperti motor empat tak. Oleh karena itu, kualitas bahan bakar yang digunakan sangat memengaruhi kinerja dan ketahanan mesin.

Sifat amfifilik etanol dijelaskan oleh Tri Yuswidjajanto Zaenuri, Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) dan spesialis bahan bakar dan pelumas. Menurut Zaenuri, satu sisi etanol bersifat hidrofilik (menyukai air) dan yang lain bersifat lipofilik (menyukai minyak atau bensin).

“Jika bensin E10 (etanol 10 persen) yang mengandung oli (untuk pelumasan pada motor 2-tak) tercampur dengan air, maka etanol akan berikatan kuat (larut) dalam air melalui ikatan hidrogen (H) dan bensin non-polar serta oli non-polar juga akan berikatan kuat (larut),” ujar Yuswidjajanto, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (16/10/2025).

Sistem pelumasan motor 2-tak bergantung pada pencampuran bahan bakar dengan oli di tangki. (Sumber Foto : Dok Pertamina)

Dia menambahkan bahwa etanol dapat larut dalam bensin hingga 20 hingga 25 persen ketika bensin kering atau tidak mengandung air. Namun, jika ada sedikit air, kelarutan etanol dalam bensin akan sangat rendah.

“Dalam kondisi ada air di dalam bensin kurang dari 0,2 persen, maka etanol yang bisa larut hanya sekitar 5-10 persen. Dalam kondisi ada air dalam bensin lebih dari 0,2 persen, maka etanol yang bisa larut ke dalam bensin hanya sekitar 2 persen,” katanya.

Menurut Yuswidjajanto, kualitas bahan bakar harus tetap rendah jika bahan bakar E10 (10 persen etanol) digunakan secara umum.

“Jika itu yang terjadi, maka oli tetap akan ada di dalam bensin dan etanol ada dalam bensin tidak akan sepenuhnya membilas oli yang membasahi atau melumasi komponen mesin yang bergesekan dan bergerak relatif,” ujarnya.

Namun, kondisi ideal sulit dijaga dalam penggunaan sehari-hari, terutama pada motor 2-tak lama yang sistem bahan bakarnya sederhana dan mudah kemasukan uap air. Akibatnya, menggunakan bahan bakar beretanol pada motor 2-tak dapat menyebabkan pelumasan tidak sempurna, korosi, dan penurunan performa mesin.

Ke depan, jika pemerintah benar-benar menerapkan bioetanol secara luas, pengguna motor 2-tak disarankan untuk tetap menggunakan bensin konvensional atau mencari alternatif pelumasan yang aman. Ini akan memastikan bahwa motor vintage mereka akan tetap awet dan berfungsi dengan baik.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Visited 1 times, 1 visit(s) today