Pada hari jumat, Inggris mengungkapkan bahwa pihaknya akan mengeluarkan dana sebesar Rp 8,9 triliun sebagai bagian dari kesepakatan yang dilakukan dengan Prancis untuk memberantas imigrasi ilegal yang melintasi Selat Inggris selama tiga tahun ke depan.
Dilansir dari edition.cnn.com, diketahui kesepakatan tersebut dicapai dalam sebuah pertemuan puncak bersama antara Rishi Sunak, selaku Perdana Menteri Inggris, dengan rekannya dari Prancis, Emmanuel Macron, yang diadakan di Paris pada hari Jumat.
Menurut pernyataan bersama dari kedua negara tersebut, dana itu akan digunakan untuk membiayai sebuah pusat penahanan baru untuk para migran di Prancis dan pengiriman 500 agen keamanan dan pendukung Prancis “untuk memungkinkan deteksi tercepat atas upaya penyebrangan” oleh kapal-kapal kecil.
Pertemuan puncak bersama yang digelar pada hari Jumat, memperlihatkan kedua pemimpin yang menekankan hubungan mendalam dari kedua negara, setelah beberapa tahun mengalami ketegangan atas negosiasi pasca-Brexit, hak penangkapan ikan, kesepakatan kapal selam dengan Australia dan imigrasi.

Macron mengatakan, “tingkat ambisi dari rencana ini adalah apa yang kita butuhkan.” Ia juga menambahkan bahwa, “ini bukan kesepakatan antara Inggris dan Prancis, tetapi antara Inggris dan Uni Eropa.”
Sunak, yang tengah menghadapi kritik dari kelompok hak asasi manusia terkait langkah yang dilakukannya untuk memblokir imigrasi lintas batas dengan undang-undang baru yang dikritik sebagai rasis, ilegal, dan tidak dapat diterapkan, menyebutkan bahwa Inggris “akan selalu mematuhi kewajiban perjanjian internasional kami.”
Dikabarkan Inggris telah mengalami peningkatan jumlah migran ilegal, yang dimana para migran tersebut membayar geng perdagangan manusia agar dapat menyelundupkan mereka ke Inggris dengan menggunakan perahu kecil yang tidak layak berlayar di laut. Dilaporkan telah banyak perahu-perahu migran itu yang tenggelam, dan menewaskan banyak orang.
Pernyataan bersama dari Istana Elysee itu memiliki fokus pada potensi kerja sama pertahanan yang lebih besar antara kedua negara tersebut, meliputi penempatan jet tempur di kapal induk masing-masing negara, hingga produksi bersama rudal jelajah di masa yang akan datang.
Terkait Ukraina, kedua pemimpin tersebut telah menjanjikan kerja sama yang lebih erat untuk menyediakan peralatan dan amunisi untuk Kyiv. Menurut pernyataan bersama itu, kedua negara juga telah menjanjikan dukungan untuk melatih marinir Ukraina di Inggris, dan memberikan tawaran untuk mengejar “jaminan keamanan” dengan Ukraina “yang akan membantu [Kyiv] mempertahankan diri dalam jangka panjang serta menghalangi potensi serangan di masa depan.







